Kamis, 16 Juni 2011

IQ-EQ-SQ vs KECERDASAN KHULAFAURROSYIDIN

Dunia Ilmu Pengetahuan di era  tahun 1905  pasca Perang Dunia I dihebohkan dengan munculnya penemuan tentang IQ atau Kecerdasan Intelektual  yang dipelopori oleh Binet. Kecerdasan Intelektual diyakini sebagai  penentuan kesuksesan seseorang. Kecerdasan Intelektual dianggap oleh kelompoknya sebagai satu-satunya penentu kesuksesan sehingga pada waktu itu orang-orang beramai-ramai mengetes ketinggian IQ mereka sebagai ukuran kesuksesan seseorang. Kemudian di era tahun 1995 muncul penemuan baru tentang  EQ atau Kecerdasan Emosional  yang dipelopori oleh Daniel Goleman . Kecerdasan Emosional ini juga dianggap oleh kelompoknya merupakan penentu kesuksesan seseorang lebih dari 80 %  melebihi  Kecerdasan Intelektuan, dan sekaligus mampu meruntuhkan kejayaan IQ selama ini. Penemuan IQ dan EQ kemudian dilengkapi dengan muncunya penemuan baru tentang SQ atau Kecerdasan Spiritual sekitar tahun 2000-an yang untuk dekade ini begitu dikaji dan menjadi menu utama dalam pembahasan Ilmu Pengetahuan.
Pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dewasa ini, sinergi  IQ – ES – SQ ini diyakini sebagai faktor yang sangat menentukan kesuksesan seseorang. Sehingga boleh dikatakan bahwa seorang yang memiliki sinergi ini maka diyakin akan mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Berangkat dari hal tersebut di atas, marilah kita coba mengkaji sinergi  IQ – ES – SQ ini, dan kita hubungkan dengan salah satu  rahasia kesuksesan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah dan menyebarkan Agama Islam ditengah-tengah kondisi masyarakat Arab pada waktu itu.
Bicara mengenai kesuksesan perjuangan Nabi Muhammad SAW  tentunya tidak akan terlepas dari peran sahabat-sahabat beliau yang dengan setia mendampingi perjuangan Nabi dalam suka dan duka. Diantara sahabat-sahabat beliau ini terdapat empat orang  sahabat yang sangat setia dalam membantu perjuangan beliau dalam suka dan duka. Para sahabat  ini kemudian dikenal dengan istilah  Khulafaurrosyidin yang terdiri dari Abu Bakar as Shidiq ra , Umar bin Khotob ra , Ustman bin Affan ra  dan Ali bin Abi Tholib ra.
Kemudian kalau kita kaji dan amati lebih dalam lagi, ternyata dari keempat sahabat Nabi ini memiliki kemampuan  atau  kecerdasan yang berbeda satu sama lain, dan mereka bersinergi serta saling melengkapi . Sehingga bisa dikatakan bahwa keempat kemampuan atau kecerdasan  (penulis  menggunakan istilah Kecerdasan Khulafaurrosyidin) yang berbeda-beda ini kemudian dirangkum oleh Nabi sehingga menjadi kekuatan yang maha dasyat yang mampu mendukung perjuangan beliau dalam menjalankan misi kenabiannya dengan baik dan mencapai kesuksesan yang luar biasa.
Sebagai Umat Islam yang mengakui Nabi Muhammad SAW adalah Rosululloh, tentunya kita sangatlah yakin bahwa  apa yang dilakukan oleh Nabi adalah merupakan uswah bagi kita semua, dan itu tidaklah terjadi secara kebetulan saja akan tetapi atas dasar tuntunan petunjuk wahyu dan skenario Dzat Yang Maha Kuasa, Alloh SWT. Begitupun munculnya sahabat-sahabat Khulafaurrosyidin disekitar Nabi tentunya juga bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan juga, akan tetapi kita yakini mengandung uswah-uswah simbolik yang mestinya menjadi ladang Ilmu Pengetahuan bagi kita untuk mengkaji lebih lanjut rahasia-rahasia dibalik itu semua.
Berangkat dari hal tersebut di atas  marilah kita coba sinergi IQ – EQ – SQ ini kita versuskan dengan Kecerdasan Khulafaurrosyidin untuk mendapatkan gambaran ataupun sekedar perbandingan dibalik rahasia kesuksesan Nabi Muhammad SAW .
Ketika sinergi IQ-EQ-SQ kita versuskan dengan  Kecerdasan Khulafaurrosyidin , maka dapat kita gambarkan sebagai berikut :
1.      IQ vs Kecerdasan sahabat Ali bin Abi Tholib
2.      EQ vs Kecerdasan sahabat Umar bin Khotob
3.      SQ vs Kecerdasan sahabat Abu Bakar as Shidiq
4.      XQ vs Kecerdasan sahabat Ustman bin Affan
Dari gambaran tersebut di atas ternyata kecerdasan Ustman bin Affan belum memiliki lawan, sehingga sebagai gambaran kita gunakan istilah XQ atau Kecerdasan X. Simbol XQ atau Kecerdasan X  ini sebagai wakil untuk sesuatu yang belum jelas, atau mungkin sesuatu yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita dikemudian hari, atau dengan kata lain apakah mungkin masih ada satu kecerdasan hebat yang belum terungkap jika sinergi IQ – EQ – SQ kita versuskan dengan  Kecerdasan Khulafaurrosyidin.
1.      IQ vs Kecerdasan sahabat Ali bin Abi Tholib
Ali bin Abi Tholib adalah putra paman nabi Abi Tholib atau dengan kata  Ali bin Abi Tholib adalah  adik anak paman dengan Nabi. Ali bin Abi Tholib ikut dengan Nabi sejak kecil ketika nabi sendiri masih jejaka, tepatnya ketika wilayah Quraisy dilanda kekeringan yang luar biasa sehingga paman nabi Abi Tholib tidak sanggup membiayai hidup kedua anaknya, yaitu Ja’far bin Abi Tholib dan Ali bin Abi Tholib. Ja’far bin Abi Tholib kemudian diasuh oleh paman nabi Abbas dan Ali bin Abi Tholib diasuh oleh Nabi sendiri. Ali bin Abi Tholib memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar bisa yang diakui oleh para sahabat nabi yang lain, bahkan Nabi sendiri memberi gelar pada Ali bin Abi Tholib berkenaan dengan hal tersebut Babul Ilmi / Pintunya Ilmu, dalam sabda beliau “ Ana Madinatul ‘Ilmi  wa ‘Aliyu babuha “. Kecerdasan dan daya ingatnya yang luar biasa ini juga dibuktikan dengan kemampuannya menyusun Ilmu Nahwu dan menyusun kalender hijriyah bersama sahabat-sahabat yang lain. Disamping itu dalam sebuah cerita, sahabat Ali bin Abi Tholib ketika mendapatkan istri Fatimatu Az zahro putri Nabi juga salah satunya karena daya ingatnya yang sangat tinggi di atas sahabat-sahabat yang lain sehingga Ali bin Abi Tholib menang dalam sayembara pada waktu itu. Kemudian mengenai gelar Babul Ilmi ini juga disampaikan langsung oleh Nabi berkenaan dengan peristiwa ketika para sahabat banyak yang bertanya tentang berbagai masalah, kemudian Nabi menganjurkan agar bertanya dulu pada Ali  bin Abi Tholib. Hal ini setidaknya menunjukkan betapa cerdasnya sahabat Ali bin Abi Tholib, sehingga pantaslah jika kita versuskan dengan IQ.
2.      EQ vs Kecerdasan sahabat Umar bin Khotob
Umar bin Khotob adalah sahabat Nabi yang terkenal paling keras dalam memegang prinsip dan nilai-nilai hukum Islam, namun disisi lain kalau kita selami lebih lanjut beliau juga memiliki kepekaan sosial yang paling tinggi diantara sahabat-sahabat nabi yang lain. Sebelum masuk Islam beliau juga terkenal sangat keras dan disegani dikalangan pemuda-pemuda arab, bahkan Nabi sendiri pernah berdo’a pada Alloh SWT sebelum masuk Islamnya Umar bin Khotob, “ Yaa Alloh berikanlah Islam kekuatan dengan masuk Islamnya salah satu dari dua Umar “, ( Umar bin Hisyam / Abu Jahal dan Umar bin Khotob ). Kekerasanya dan kelembutannya benar-benar dapat diletakan pada porsi yang sempurna. Kekerasan dalam memegang hukum Islam tidak pandang bulu, begitupun kelembutan dan kepekaan sosial beliau juga tidak pandang bulu. Kemampuan sahabat Umar bin Khotob  dalam membaca situasi dan juga pendapat-pendapat beliau banyak mewarnai perjuangan penyebaran Agama Islam baik pada masa Nabi maupun setelah Nabi. Sahabat Umar bin Khotob jua’lah yang berjasa menyatukan Umat Islam kembali pasca wafatnya Nabi, beliau juga yang mengusulkan agar ayat-ayat al Qur’an dikumpulkan pada masa kholifah Abu Bakar as Shidiq, beliau juga yang menyusun kalender hijriyah bersama sahabat Ali bin Abi Tholib dan  lain sebagainya. Berangkat dari keistimewaan-keistimewaan yang ada pada diri sahabat Umar bin Khotob maka pantaslah jika kita versuskan dengan EQ.
3.      SQ vs Kecerdasan sahabat Abu Bakar as Shidiq
Abu Bakar as Shidiq nama aslinya Abdul Ka’bah sebelum Islam dan Abdullah setelah masuk Islam. Adapun nama Abu Bakar as Shidiq merupakan gelar yang diberikan oleh Nabi karena ketulusan Abu Bakar as Shidiq dalam menerima semua ajaran-ajarn Islam yang dibawa oleh Nabi. Dalam sebuah riwayat, gelar Abu Bakar as Sidiq muncul setelah terjadinya peristiwa isro’ mi’roj Nabi Muhammad SAW dimana beliau mendapatkan perintah sholat lima waktu. Ketika Nabi menyampaikan perihal tentang peristiwa isro’ mi’roj ini dan perintah sholat lima waktu , dalam hal ini Abu Bakar as Shidiq adalah satu-satunya sahabat yang langsung percaya terhadap semua apa yang disampaikan Nabi tanpa sedikitpun muncul keraguan atau bertanya-tanya tentang kebenaran peristiwa isro’ mi’roj dan perintah sholat lima waktu tersebut. Apa yang datang dan dilakukan oleh Nabi adalah suatu kebenaran mutlaq bagi sahabat Abu Bakar as Shidiq. Hal ini terbukti ketika terjadinya perjanjian Hudaebiyah yang menurut sebagian besar sahabat dinilai sangat merugikan Umat Islam, akan tetapi tidak demikian menurut sahabat Abu Bakar as Shidiq karena itu semua merupakan keputusan dan kebijaksanaan yang datangnya dari Nabi. Hal ini menunjukkan bahwa sahabat Abu Bakar as Sidiq memang merupakan satu-satunya sahabat Nabi yang memiliki God Sport sangat besar dalam mendampingi Nabi dalam suka dan duka. Sehingga pantaslah jika Abu Bakar as Sidiq kita versuskan dengan SQ.
4.      XQ vs Kecerdasan sahabat Ustman bin Affan
Ustman bin Affan adalah satu-satunya dari Khulafaurrosyidin yang berasal dari keluarga bangsawan / darah biru, sehingga Ustman dikalangan para sahabat terkenal dengan kelembutan perilaku dan sikap serta tutur katanya. Bahkan karena kelembutannya ini Nabi dan para sahabat yang lain sungkan bila berhadapan terhadap Ustman bin Affan. Dalam sebuah kisah dikatakan ketika Nabi sedang duduk diatas kursi datanglah sahabat Abu Bakar as Shidiq kemudian sahabat Umar bin Khotob, dan Nabi tetap duduk di atas kursi menyambut kedatangan mereka berdua, namun ketika sahabat Ustman bin Affan yang datang, Nabi segera saja berdiri dan turun dari kursinya. Setelah peristiwa itu ada seorang sahabat yang bertanya pada Nabi, dan Nabi menjawab,” Jangankan manusia, Malaikat pun sungkan terhadap Ustman bin Affan karena kelembutan yang dimilikinya”. Disamping itu, sahabat Ustman bin Affan juga satu-satunya sahabat Nabi yang beristrikan dua putri Nabi secara bergantian yaitu Siti Rukoyah dan Umi Kulsum, sehingga beliau mendapatkan gelar  Dzu’ Nurain  / yang memiliki dua cahaya . Bahkan pada waktu Umi Kulsum wafat, dalam upacara pemakamannya Nabi berkata,” Kalau saja aku masih memiliki anak perempuan lagi pasti akan aku nikahkan juga dengan Ustman bin Affan “. Disamping gelar  Dzu Nurain,  sahabat Ustman bin Affan juga memiliki gelar Hijratain, karena kemampuan Ustman bin Affan memimpin rombongan hijrah ke Habsyi dua kali atas perintah Nabi. Kemudian kelebihan Ustman bin Affan yang lain  yang sangat luar biasa yaitu kemampuanya menyatukan bacaan al Qur’an dan kemudian menulis kembali hasil pengumpulan al Qur’an yang dilakukan pada masa pemerintahan Kholifah Abu Bakar as Shidiq menjadi satu mushaf. Penulisan al Qur’an dalam sebuah mushaf ini kemudian dikenal dengan nama Mushaf Ustmani yang tersebar keseluruh wilayah Islam termasuk ke wilayah Indonesia.
Berangkat dari paparan tersebut di atas, maka apa kiranya kecerdasan yang bisa mewakili kecerdasan yang dimiliki oleh sahabat Ustman bin Affan. Hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi kita. Namun sebagai catatan penting bagi kita, sahabat Ustman bin Affan adalah potret seorang sahabat yang sangat tawaddu’, andap asor, halus budi pekertinya, teguh dalam memegang etika dan tata krama, yang kesemuanya itu dijaman sekarang ini sudah menjadi barang langka dalam kehidupan kita sehari-hari. Realita sosial di lingkungan kita, tidak sedikit orang yang cerdas, kreatif dan memiliki God Sport yang tinggi, akan tetapi mereka kering dan tidak memiliki jiwa tawaddu’ dalam perilaku sehari-hari, baik tawaddu’ kepada Sang Kholiq maupun tawaddu’ kepada semua dan sesama mahluk ciptaan Sang Kholiq.
Demikianlah sebuah gambaran sederhana ketika sinergi IQ-EQ-SQ kita versuskan dengan  Kecerdasan Khulafaurrosyidin . Semoga gambaran tersebut sedikit menggugah kita akan adanya sebuah kecerdasan yang belum tergali yang diwakili oleh kecerdasan sahabat Ustman bin Affan. Semoga bermanfaat, amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar